Teori Signifikansi Dayah M. Hasbi Amiruddin
Abstract
Artikel ini menunjukkan teori signifikansi dayah yang dikemukakan oleh M. Hasbi Amiruddin dalam karyanya Ulama Pengawal Masyarakat Aceh. Artikel ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan hermeneutika objektif serta pendekatan filsafat pendidikan Islam dan Sejarah Budaya Aceh. Kajian artikel ini menunjukkan bahwa M. Hasbi Amiruddin merekonstruksi teori signifikansi dayah dengan pendekatan sejarah pendidikan Islam. Terdapat empat kerangka argumen teori signifikansi dayah yang dikemukkan oleh M. Hasbi Amiruddin yaitu dayah sebagai pusat belajar agama dan cendikiawan, benteng perlawanan kolonialisme, agen pembangunan, dan sebagai lembaga pendidikan rakyat.
References
A. Hasjmy, “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Fungsi dan Eksistensi Dayah dalam Sejarah Perjuangan Bangsa,” dalam Hasil-Hasil Mubes III PB Inshafuddin, (Banda Aceh: P.B. Inshafuddin, 1986), h. 102.
Anwar Yusuf dan Hasbi Abdullah, Laporan tentang Perkembangan Dayah Darussalihin, (t.np. 1987), h.4.
Arfendi A. R., “Elit Menuju Kesamaan Orientasi”, Panjimas, No. 443, (September 1984), h. 16.
Azyumardi Azra, “Surau di Tengah Krisis: Pesantren dalam Perspektif Masyarakat,” dalam M. Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), 156.
C. C. Berg, “Indonesia,” H. A. R. Gibb (ed.), Whither Islam: A Survey of Modern Movement in the Muslim World, (London: Victor Gollanncz & Ltd., 1032), h. 257.
C. Snouch Hurgronje, The Atjehnese, A.W.S O’Sullivan (terj), Vol. I, (Leiden: E.J.Brill, 1906), h. 63.
Christine Dobbin, Islamic Revivalism in Changing Peasant Economy: Central Sumatra 178-1847, (London: Curzon Press, 1983), h. 120-121.
Di Meulek, Kanun Meukuta Alam, (ttp: t.th) naskah Arab-Melayu, h. 30-61.
H. A. R. Gibb dan J. H. Kramers, Shorter Encyclopedia of Islam, (Leiden: E.J. Brill, 1961), h. 657.
H. W. Shaghir Abdullah, Sheikh Daud bin Abdullah al-Fatani: Ulama dan Pengarang Terulung Asia Tenggara, (Kuala Lumpur: Hizbi, 1990), h. 32.
Harry W. Hazard, Atlas of Islamic History, (Princeton University Press, 1952), h. 45.
Hoesein Djajadiningrat, Kesultanan Aceh Suatu Pembahasan tentang Sejarah Kesultanan Aceh Berdasarkan Bahan-Bahan yang Terdapat dalam Karya Melayu, Teuku Hamid (terj.), (Banda Aceh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembangunan Pemensiunan Daerah Istimewa Aceh, 1983), h. 35.
Ibrahim Husein adalah Rektor IAIN Ar-Raniry pada waktu itu dan salah seorang anggota MUI Provinsi Aceh.
Ismail Yacob, Teungku Tjik Di Tiro, (Jakarta: Bulan Bintang, 1960), h. 40.
James Siegel, The Rope of God, (Los Angeles: University of California Press, 1969), h. 48
James T. Siegel, The Rope of God, (Los Angeles: University of California Press, 1969), h. 61.
Junus Djamil, Silsilah Tawarich Raja-raja Kerajaan Aceh, (Banda Aceh: Diterbitkan dengan usaha Adjudan Djendral Kodam Iskandar Muda, 1968), h. 4.
Komaruddin Hidayat, “Pesantren dan Elit Desa”, dalam Dawan, Rahardjo (ed.), Pergulatan Dunia Pesantren, (Jakarta: P3M, 1985), h. 78.
Kustadi Suhendang, Laporan Hasil Penelitian Studi tentang Dayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, (Banda Aceh: P3KI berkerjasama dengan BAPPEDA Provinsi Daerah Istimewa Aceh, 1992), h. 40;
L.F. Brakel, “State and Satecraft in 17¬th Century Aceh,” dalam Anthony Reid dan Lance Castles (eds.), Pre-Colonial State System in Southeast Asia: The Malay Peninsula, Sumatra, Bali-Lombok, South Celebes, MBRAS (1979), h. 57.
Lihat M. Junus Djamil, Gajah Putih Iskandar Muda, (Kutaraja: Lembaga Kebudayaan Aceh, t.th), h. 118.
M. Habib Chirzin, “Tradisi Pesantren: Dari Harmonitas ke Emansipasi Sosial,” Pesantren, Vol. 5, No. 4 (1988), h. 30.
Marting Van Bruinessen, “The Origins and Development of the Naqshabandi Order in Indonesia, “Der Islam, No. 67 (1990), h. 157.
Muhammad Hakim Nyak Pha, Apresiasi terhadap Tradisi dayah: Suatu Tinjauan Tata krama Kehidupan Dayah, makalah disampaikan dalam Seminar Apresiasi Dayah Persatuan Dayah Inshafuddin di Banda Aceh, pada tahun 1987, h. 8.
Nur al-Din al-Raniri, Bustanu’s-Salatin Bab II, Pasal 13, T. Iskandar (ed.), (Kuala Lumpur: Dewan Pustaka, 1966), h. 33.
P. A. Hoesein Djajadiningrat, “Islam in Indonesia,” dalam Kenneth W. Morgan (ed.), Islam the Straight Path: Islam Interpreted by Muslims, (New Delhi: Motilal Nanarsidass, 1958), h. 375.
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Antara, 1983), h. 291.
Soegarda Poebakawatja, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, (Jakarta: Gunung Agung, 1970), h. 17-18.
Sudirman Tebba, “Dilemma Pesantren Belenggu Politik dan Pembaharuan Sosial” dalam M. Dawam Rahardjo (ed.), Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), h. 268.
Syed M. Naquib al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, (Bandung: Mizan, 1990), h. 68.
Syed Muhammad Naquid al-Attas, Raniry and the Wujudiyah of the 17th Century Aceh, (Singapore: MBRAS,1966), h. 43.
T. Iskandar, De Hikayat Atjeh, (‘S-Gravenhage: N.V.De Nederlands Boek-En Steendrukkeryj, V. H. L. Smith), h. 153.
Taufik Abdullah, “The Pesantren in Historical Perspective,” dalam Taufik Abdullah dan Sharon Siddique (eds.), Islam Society in Southeast Asia, (Singapore: Institude of South East Asian Studies, 1988), h. 986. Taufik Abdullah, “The Pesantren in Historical Perspective.
Tgk. Mohd Basyah Haspy, Apresiasi terhadap Tradisi Dayah: Suatu Tinjauan terhadap Tata Krama dan Kehidupan Dayah, (Banda Aceh: Panitia Seminar Apresiasi Pesantren di Aceh Persatuan Dayah Inshafuddin, 1987), h. 7.
Copyright (c) 2024 Journal Of Samudra Social Studies Research
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.