PREVALENSI HELMINTHIASIS PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN SINGKAWANG TENGAH, KOTA SINGKAWANG

  • Ihsan Almuhardi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, Pontianak
  • Firman Saputra Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
  • Kustiati Kustiati Universitas Tanjungpura
Keywords: Helminthiasis, Prevalensi, Sapi Potong

Abstract

Helminthiasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya infestasi satu atau lebih cacing yang menyerang saluran pencernaan ataupun organ lainnya. Helminthiasis menjadi salah satu masalah yang sering diabaikan peternak sapi di Kecamatan Singkawang Tengah dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produk daging sapi potong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan prevalensi cacing yang menginfeksi sapi potong di Kecamatan Singkawang Tengah, Kota Singkawang. Pengambilan sampel feses dilakukan di 36 peternakan yang berada di Kecamatan Singkawang Tengah dengan metode purposive sampling. Metode flotasi dan sedimentasi digunakan untuk pemeriksaan telur cacing dalam feses. Hasil pengamatan terhadap 340 sampel feses sapi potong di Kecamatan Singkawang Tengah ditemukan sembilan genera cacing dengan nilai prevalensi berturut turut, yaitu Ancylostoma (38,82%),Trichiuris (33,82%), Trichostrongylus (22,35%), Oeshopagostomum (13,5%), Strongyloides (10,58%), Moniezia (4,41%), Fasciola (4,11%), dan Ascaris (3,23%). Berdasarkan nilai prevalensi menunjukkan bahwa prevalensi helminthiasis pada sapi potong di Kecamatan Singkawang Tengah tergolong rendah sampai sedang.

Author Biography

Kustiati Kustiati, Universitas Tanjungpura

Program Studi Biologi, F.MIPA, Universitas Tanjungpura

References

Anderson RC. 2000. Nematode Parasites of Vertebrates, Their Development and Transmission, 2 nd ed. Wallingford Oxon (GB): CABI Publishing.
Avcioglu H. Balkaya I. 2011. Prevalence of Toxocara vitulorum in Calves in Erzuum, Turkey. Kafkas Üniversitesi Veteriner Fakültesi Dergisi. 17(3): 345−347.
Badan Pusat Statistik Kota Singkawang, 2019. Singkawang Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat, katalog BPS.
Basri C. Kiptiyah NM. 2010. Memegang Hewan Rentan dan Menangani Produknya Berisiko Besar Tertular Antraks Kulit di Daerah Endemis. Jurnal Veteriner., 11(4): 226 – 231.
Beriajaya Suhardono. 1997. Penanggulangan nematodiasis pada ruminansia kecil secara terpadu antara manajemen, nutrisi, dan obat cacing, Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor.
Bowman, DD, Georgi, JR. 2009. Georgi’s Parasitology for Veterarians, Elsevier Health Science, United Kingdom
Brown HW. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Budianto BH. 2014. Pengantar Parasitologi, Universitas Terbuka, Jakarta.
Hambal M, Arman S, Agus D. 2013. Tingkat Kerentanan Fasciola gigantica pada Sapi dan Kerbau di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar.
Jusmaldi & Saputra, Y, 2009. Prevalensi Infeksi Cacing Hati (Fasciola hepatica) pada Sapsi Potong di Rumah Potong Hewan Samarinda, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman, Bioprospek, 6(1) hal. 55-61.
Levine ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner, Penerjemah: Ashadi G, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Melaku S, Addis M. 2012. Prevalence and intensity of Paramphistomum in ruminants slaughtered at Debre Zeit Industrial Abattoir, Ethiopia, Global Veterinary. 8(3) hal. 315-319.
Omposunggu S & Budi. 1999. Perbandingan sensitifitas beberapa metode pemeriksaan tinja manusia terhadap telur cacing usus. Cermin Dunia Kedokteran. 12(4): 37-40
Purwanta, Nuraeni, Hutauruk JD, Setiawaty S. 2009. Identifikasi cacing saluran pencernaan (gastrointestinal) pada sapi bali melalui pemeriksaan tinja di Kabupaten Gowa. Jurnal Agrisistem, 5(1): 10-21.
Rast L, Toribio JA, Dhand NK, Khounsy S, Windsor PA. 2014. Why are simple control options for Toxocara vitulorum not being implemented by cattle and buffalo smallholder farmers in SouthEast Asia?. Preventive Veterinary Medicine, 113(2): 211 – 218.
Raza MA, Murtaza S, Bachaya HA, Hussain A. 2009. Prevalence of Paramphistomum cervi in ruminants slaughtered in district Muzaffar Garh, Pakistan Vet J, Vol. 29(4, 214-215.
Ridwan Y, Satrija F, Novianti E, Retnani EB, Tiuria R. 2000. Resistensi Haemonchus contortus terhadap Albendazol pada Peternakan Domba di Bogor. Prosiding International Seminar of Soil Transmitted Helminth dan Seminar Nasional Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia, Bali 21-24 Februari 2000.
Soulsby EJL. 1986. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. Great Britain: Bailliere Tindall.
Subronto dan I. Tjahajati. 2004. Ilmu penyakit ternak (mamalia) II, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Suhardono B, Nazarudin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan.
Tantri N. Setyawati TR, dan Khotimah S. 2013. Prevalensi dan Intensitas Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi (Bos sp.) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont., 2: 102-106.
Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2007. Veterinary Parasitology, 3rd Edition, Blackwell Publishing, Australia.
Tolistiawati I, Junus W, Leonardo TL, Rina I. 2016. Parasit Gastrointestinal Pada Hewan Ternak Di Tempat Pemotongan Hewan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jurnal Penelitian & Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjaregara, 12(2): 71-78.
Zajac AM, Comboy GA, 2012. Veterinary clinical parasitology, 8 th Edition, Blackwell publishing, UK.
Zulfikar, Hambal, Razali. 2012. Derajat infestasi parasit nematoda gastrointestinal pada sapi di Aceh Bagian Tengah. Lentera., 12 (3): 1˗˗7
Published
2023-01-12