PEMBELAJARAN SAINS DAN TEKNOLOGI UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

  • Suparman Suparman Suparman Universitas Terbuka
Kata Kunci: Pembelajaran sains, pembentukan karakter, peserta didik

Abstrak

Pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga juga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Kecenderungan pendidikan karakter di sekolah dibebankan pada mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan dan mata pelajaran lain hanya mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya ilmu, teknologi atau seni. Padahal seharusnya proses pembelajaran nilai-nilai karakter idealnya diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran atau antar mata pelajaran. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pelaksanaannya dapat ditempuh dengan pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran yang menanamkan akan pentingnya nilai-nilai, dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Ada banyak cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mapel sains, antara lain : mengungkapkan nilai-nilai ke dalam sains, pengintegrasian langsung di mana nilai-nilai karakter menjadi bagian terpadu dari sains, mengubah hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapkan nilai-nilai melalui diskusi, menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai, menceritakan kisah hidup ahli atau penemu dalam bidang sains, dan lain sebagainya.  Integrasi nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran sains terjadi melalui kegiatan pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi), dan penutup. Integrasi pembelajaran sains dengan nilai karakter diharapkan agar peserta didik selain menunjukkan perilaku berkarakter sains juga menunjukkan perilaku berkarakter yang diterima secara universal.

Referensi

Collette, A.T. & Chiappetta, E. I. (1993). Science Instruction in The Middle and Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta
___________. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
___________. (2007). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Lickona, T. (1991). Educating for Character, How Our Schools can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. (2010).Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.
Diterbitkan
2019-01-23
Bagian
Articles